Kupang, 11 Juli 2025 – Komitmen Pemerintah dalam memperkuat mutu pendidikan berbasis teknologi kembali ditegaskan melalui Kegiatan Koordinasi dengan Pemerintah Daerah dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran pada Program Digitalisasi Pembelajaran, yang diselenggarakan oleh Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) secara hybrid pada Jumat, 11 Juli 2025 di Hotel Neo Kupang.

Kegiatan strategis ini dihadiri oleh 50 peserta secara luring, terdiri dari 29 orang unsur Dinas Pendidikan dan Satuan Pendidikan, serta 21 orang pegawai BPMP Provinsi NTT. Sementara itu, 241 peserta lainnya bergabung secara daring melalui platform virtual dari berbagai kabupaten dan kota di NTT, menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap upaya transformasi digital di dunia pendidikan lewat partisipasi aktif mereka selama mengikuti kegiatan.

Dalam sambutannya, Kepala BPMP Provinsi NTT menekankan bahwa digitalisasi pembelajaran tidak sebatas pada pemakaian perangkat teknologi semata, tetapi mencakup aspek yang jauh lebih luas dan bermakna.

“Digitalisasi pembelajaran bukan sekadar penggunaan perangkat teknologi, melainkan mencakup pemanfaatan teknologi sebagai instrumen untuk memperluas jangkauan dan kebermaknaan pembelajaran bagi peserta didik,” ujarnya.

Sebagai bukti nyata dari komitmen pemerintah, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah telah menyalurkan perangkat smart board atau Interactive Flat Panel (IFP) ke sejumlah satuan pendidikan di NTT. IFP adalah media pembelajaran interaktif yang memungkinkan guru menyampaikan materi secara visual, menarik, dan partisipatif, serta mendorong kolaborasi aktif antara guru dan peserta didik di kelas.

Saat ini, empat satuan pendidikan di Kabupaten Sumba Barat Daya telah menerima IFP, yakni SD Katolik Weetobula, SD Katolik Keerobbo, SD Negeri Karoso, dan SD Katolik Homba Karipit. Selanjutnya, perangkat serupa akan didistribusikan secara bertahap ke sekolah-sekolah lainnya di NTT.

Kegiatan koordinasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa satuan pendidikan benar-benar siap dan mampu memanfaatkan IFP secara optimal, tidak hanya sebagai alat bantu mengajar, tetapi sebagai bagian dari ekosistem pembelajaran yang berkelanjutan dan inovatif.

“Untuk memastikan pemanfaatan IFP yang akan diterima oleh seluruh satuan pendidikan, maka rapat koordinasi ini kita laksanakan. Pendampingan dan penguatan ekosistem satuan pendidikan juga sangat penting agar transformasi ini berjalan efektif,” terang Kepala BPMP NTT.

Dalam sesi pemaparan materi, dua narasumber dari BPMP NTT, Yandri Snae selaku PIC Program Digitalisasi dan Muhajir Rahman, menjelaskan secara rinci tentang skema pelaksanaan program digitalisasi yang disesuaikan dengan tipologi kondisi sekolah. Skema ini dibagi menjadi tiga paket sebagai berikut:

  • Paket 1: Untuk sekolah yang memiliki listrik dan koneksi internet, akan menerima SmartBoard, laptop, dan external hard drive.
  • Paket 2: Untuk sekolah yang memiliki listrik namun belum memiliki koneksi internet, akan menerima SmartBoard, laptop, external hard drive, serta tambahan internet satelit.
  • Paket 3: Untuk sekolah yang tidak memiliki listrik dan koneksi internet, akan menerima SmartBoard, laptop, external hard drive, internet satelit, dan panel surya sebagai sumber energi.

Penyesuaian skema berdasarkan kondisi lapangan ini dirancang untuk memastikan bahwa setiap satuan pendidikan, termasuk di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), dapat mengakses dan memanfaatkan teknologi pembelajaran secara optimal.

Selain membahas strategi implementasi, kegiatan ini juga menjadi wadah berbagi informasi dan praktik baik antara satuan pendidikan dan pemangku kepentingan, guna menyusun langkah bersama dalam mendukung transformasi digital secara terarah dan berkelanjutan.

Di akhir kegiatan, BPMP Provinsi NTT menyampaikan harapannya agar melalui sinergi yang kuat antara pemerintah daerah, Dinas Pendidikan, satuan pendidikan, dan masyarakat, program digitalisasi pembelajaran dapat menjadi motor penggerak peningkatan mutu pendidikan yang merata, relevan, dan berdaya saing, khususnya di wilayah-wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) seperti di NTT.“Kami berharap program digitalisasi ini tidak hanya menjadi simbol kemajuan teknologi, tetapi benar-benar memberikan dampak nyata terhadap mutu pembelajaran dan pembentukan generasi pembelajar yang adaptif, kreatif, dan siap menghadapi masa depan.”

Penulis: Isyana R. M. A. Rupidara

Bagikan